Gerakan Menuju Pos Cita-cita "Cerpen, Puisi, Traveller, Motivasi dan Gaya Hidup menjadi tautan asa dalam sebuah Selasar Nektar Kata"

Semesta

Saturday, June 13, 2015

Antara Hati dan Kecerdasan

Antara hati yang bersih dan kecerdasan bukanlah harus disatukan. Karena mereka telah bersatu dalam kesatuan. Tinggal bagaimana memandangnya saja.

Pertama, jika hati bersih nasehat baik pun lebih mudah merasuk. Nasehat dalam arti wejangan maupun ilmu-ilm lainnya. Logikanya begini. Ada secarik kertas putih bersih belum ternoda oleh goresan apapun. Ketika ia mulai di buat untuk menulis atau melukis. Maka tulisan maupun lukisan tadi terlihat jelas dan indah. Karena memang kertas tadi sebelumnya bersih.

Nah kedua, coba imajinasikan dengan kertas yang sudah penuh coretan. Kita coba untuk menulis atau melukis. Apa yang dapat dilihat? Pasti tambah parah coretan itu bukan? Usaha lebih keras lagi pun percuma dan sia sia. Karena kotor seharusnya diganti yang baru atau dihapus coretan tadi.
Dapat disimpulkan bahwahati yangg masih benih lebih mudah menerima. Sekarang coba kita flahback masa lalu. Ketika kita kecil. Tentu kita lebih mudah menghafal bukan. Atau jika anda lupa masa kecil anda, lihatlah anak kecil disekitar anda. Tentu ia lebih mudah menghafal. Karena ia belum banyak maksiat atau dosa-dosa lainnya. Banyak hafidz Qur’an pun ia dari anak-anak dan memang orang yang bersih hatinya sejak kecil.

Kita lihat diri kita atau sekitar kita yang banyak melakukan dosa. Tentu ia akan susah menghafal. Karena hati itu seperti kertas putih tadi. Jika ia telah penuh dengan dosa-dosa (coret-coretan) maka ditulis atau dilukis apapun percuma. Karena yang seharusnya adalah menghapus dahul dosa-dosa. Itupun belum tentu bersih dan tidak mungkin seindah dahulu kala.

Semoga apa yang kita debatkan dapat bermanfaat. Karena imam Syafi’i ketika berdebat tentang apapun dan siapapun bahkan gurunya sendiri. Beliau selalu berdoa agar selalu dapat Rahmat dan Hidayah kebenaran dari Allah. Terlepas dari siapapun yang menang dalam debat itu.

Ketika menilai sesuatu Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib membuang semua yang ada dipikirannya. Karena ia menilai itu murni dari hati. Netral dari pemikiran-pemikiran sebelumnya.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

GEMPITA, Wahid Najmun Al-Farisi (Musafir Ilmu dan Cinta). Powered by Blogger.

Text Widget

"Jadilah sebaik-baik manusia, dengan selalu berbuat baik tanpa takut tak dihargai, tanpa takut tak mendapat balasan. Karena berbuat baikmu hanya ikhlas kepada Tuhan dan atas dasar kemanusiaan. Bukan karena satu pemikiran, satu agama, satu pandangan. Namun hanya satu tujuan untuk berbuat kebaikan kepada sesama."

Reriak Jiwa

Wikipedia

Search results

Sample Text

Jadikan setiap yang anda lihat, dengar dan rasakan menjadi pelajran berharga dalam hidup. Guru terbaik sepanjang zaman adalah Pengalaman. Tak peduli apakah itu pengalaman gagal atau kesuksesan.

"Tulisan adalah nyawa kedua setelah kematian"

Cloud Label

Video (4)

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Followers

Total Pageviews

Powered By Blogger

Label


Religion

Religion

Blog List

Translate

Labels

Blog Archive

Blogger templates