Gerakan Menuju Pos Cita-cita "Cerpen, Puisi, Traveller, Motivasi dan Gaya Hidup menjadi tautan asa dalam sebuah Selasar Nektar Kata"

Semesta

Sunday, December 27, 2015

Ohhh... Penyesalan, Kenapa Tiada Pernah Kau datang Diawal

Senandung cinta hadir di saat piluh kesedihanmu
Ia merambat perlahan dalam rajut kepastian
Hadirnya menjadi sebuah penghalang kegagalan
Rubik tempat terpisah pulau dan selat
Bukan mata yang memandang jauh ke sana
Bukan pula rasa yang menggelora di jagad raya
Atau sebuah alunan yang menggema hingga ujung dunia
Tapi melalui hati, mata hatilah yang memandang lebih jeli dari cinta biasanya
Segalanya rela dikorbankan demi si dia
Perhatian dan pikiran terkuras habis laksana menguras samudera
Memikirkannya, Mencemaskannya, Perhatian hingga minta Kepekaan atas Keperhatiannya
Huhh... Dasar masa lalu...
Kau bagai hitam legamnya kutu di rambut yang hitam pada suasana malam
Bisa dibilang aku menyesal, namun tak kubiarkan berlarut panjang
Yang terpenting adalah Sekarang dan Masa Depan
Dan takkan mungkin menjatuhkan diri di lubang yang sama


Bersama denganmu ketika dahulu adalah sebuah keindahan yang tiada tara. Walau hanya sebatas obrolan biasa, canda tawa hingga riang gembira dengan "Gombal-gombal Mukiyo Ku" .  Semua waktu terasa begitu cepat bersamamu. Kau curi separuh jiwa dan hatiku. Aku inginkan kau menjadi yang aku inginkan. Yaitu shalehah, pinter ngaji, ibadah tekun dan tidak neko neko. Mungkin itu menjadi kesalahanku padamu yang teramat besar, memaksamu menjadi sempurna di mataku. Hingga ku cerewet seperti aku tidak kenal titik, koma maupun tanda baca lainnya. Apakah itu alasan terbesarmu?

Dulu seberat apapun, setinggi apapun dan dalam keadaan apapun. Aku tetap bertahan berada dari bawah menjagamu. Tak peduli gunung meledak di pelupuk mataku. Atau tsunami di sekujur bola mataku. Bahkan hingga gempa yang meluluhlantakkan hatiku. Aku bertahan karenamu. Tapi kenapa kau pergi tanpa alasan yang jelas. Bukan tanpa alasan, tapi memang kau tak memberikan secuil alasan apapun kepadaku. Seolah-olah kita tak pernah terjadi sesuatu, seolah aku dilahirkan setelah kematianmu.

Ribuan hingga jutaan waktuku habis memikirkan apa kesalahanku. Aku ibarat pengelana waktu yang mengalami kedunguan dalam hidupnya. Mencari jentik hingga noda samar di hati sendiri. Aku terus bertanya pada hati dan pikiranku. Memandangi dan mengharap kau menyapaku pada salah satu surat yang kukirimkan lewat udara. Nihil penantianku itu. Acuh tak acuh yang kudapati di setiap lorong hatimu.

Hingga suatu hari aku tersadarkan oleh sebuah prioritasku sendiri. Bahwa aku harus berpikir sekarang untuk kini dan masa depan. Sehingga seolah dunia kembali kuputar 450 derajat. Dan aku tahu bahwa yang kulakukan adalah melupakanmu selamanya. Semua janji kita itu palsu belaka, yang katanya ta'aruf itu nihil bahkan terumbarnya aib masing-masing dari kita. yah penyesalan, semoga jadi pelajaran.

Terimakasih telah menyadarkanku ke jalan kebenaran. Yaitu jalan yang jauh dari kemaksiatan badan dan hati. Karena dengan kebisuanmu atas ribuan alasan yang kupinta dan paksaan kesempurnaan padamu olehku. Aku tersadar bahwa cinta sejati adalah cinta yang lahir dari ikatan suci. Tumbuh di ladang asmara pernikahan. Berkembang dalam nuansa halal dalam rajut rayu pahala yang memuaskan.

Entah kenapa aku ingin menuliskan catatan ini. Bahkan sering aku tuliskan analisa hidup dan cintaku. Agar menjadi sebuah pelajaran atas diriku yang lemah ini. Semoga aku dijauhkan dari sifat riya' dan segala yang bersaudara dengannya.

Teruntuk orang yang pernah aku cintai dalam kebun yang kelam. Maafkanlah aku, karena telah jujur mengatakan mencintaimu. Hingga terpaksa kau menerima ikatan ilegal itu yang disebut pacaran. Aku berharap engkau takkan mengulangi untuk kedua kalinya seperti saat aku mengatakan kepadamu. Semoga kita dijauhkan dari zina sejauh-jauhnya. Karena bahaya zina dimulai dari efek sedikit yang membuat ketagihan.

Ohh... Penyesalan...
Kenapa dikau selalu datang tak diawal
Kau selalu mendramatir kehidupanku
Aku terperdaya olehmu
Tapi kau tak dapat memperdaya nuraniku
Di dalamnya tiada keraguan sedikitpun atas kebenaran yang hakiki...

Wahid Najmun Al Farisi
Share:

0 komentar:

Post a Comment

GEMPITA, Wahid Najmun Al-Farisi (Musafir Ilmu dan Cinta). Powered by Blogger.

Text Widget

"Jadilah sebaik-baik manusia, dengan selalu berbuat baik tanpa takut tak dihargai, tanpa takut tak mendapat balasan. Karena berbuat baikmu hanya ikhlas kepada Tuhan dan atas dasar kemanusiaan. Bukan karena satu pemikiran, satu agama, satu pandangan. Namun hanya satu tujuan untuk berbuat kebaikan kepada sesama."

Reriak Jiwa

Wikipedia

Search results

Sample Text

Jadikan setiap yang anda lihat, dengar dan rasakan menjadi pelajran berharga dalam hidup. Guru terbaik sepanjang zaman adalah Pengalaman. Tak peduli apakah itu pengalaman gagal atau kesuksesan.

"Tulisan adalah nyawa kedua setelah kematian"

Cloud Label

Video (4)

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Followers

Total Pageviews

Powered By Blogger

Label


Religion

Religion

Blog List

Translate

Labels

Blog Archive

Blogger templates