Gerakan Menuju Pos Cita-cita "Cerpen, Puisi, Traveller, Motivasi dan Gaya Hidup menjadi tautan asa dalam sebuah Selasar Nektar Kata"

Semesta

Sunday, June 12, 2016

Flash Fiction: Hujan Di Bawah Purnama



Hujan Di Bawah Purnama
“Bolehkah aku datang ke rumah orang tuamu nanti malam, Salwa?”
“Maaf orang tua Salwa sedang tak di rumah, Kak Ridwan.”
“Ya sudah. Kabari Kak Ridwan kalau Abi mu telah pulang ya? Kakak akan ke rumah bersama sekeluarga.”
“Iya, Kak.”
Di pesisir senja yang mengakhiri percakapan antara aku dan Salwa. Gadis yang berniat aku halalkan namanya dalam hatiku. Selama ini aku memantaskan diri untuknya. Kini tiba saatnya bersanding dengan putri seorang ustadz.
Dua hari berlalu dalam deru penantian yang terasa panjang. Melelahkan. Namun berharap menemukan kembali binar cahaya terang. Seperti temaram rembulan malam ini.
“Salwa? Kapan orang tuamu pulang?”
“Sudah dari kemarin, Kak?”
“Kenapa kau tak kabari Kakak?”
“Maaf Kak?”
“Besok malam Kak Ridwan sekeluarga akan ke rumah orang tuamu.”
“Sebelumnya maaf Kak Ridwan. Tepatnya malam kemarin aku telah di khitbah oleh seorang yang lebih dulu bertanya dibanding Kakak. Namun aku tak enak berkata langsung saat itu. Ketika Kak Ridwan menanyakan orang tua Salwa. Tepat sepuluh menit sebelum pesan Kakak masuk, seorang ikhwan bernama Zakki lebih dulu bertanya. Maaf Kak? Salwa harap Kak Ridwan paham. Mungkin ini terakhir kalinya kita berkomunikasi. Karena nomor ini segera nonaktif, Kak. Sekali lagi maafkan Salwa. Semoga Kakak mendapatkan permaisuri lebih shalehah dari pada aku.”
Tak terasa bulir-bulir air mata ku berderai hangat di pipi. Basah membanjiri ruang hati. Malam yang sebelumnya terang oleh pendar purnama. Seketika menjelma gulita yang kelam. Awan hitam berbaris rapi. Bersama derai air mata hujan pun turun dengan derasnya. Sedih piluh bukan karena kehilangan dia untuk selama-lamanya. Namun sedih karena ketidakjujurannya sejak awal. Lebih baik tersakiti karena kebenaran, daripada tersakiti oleh kebohongan.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

GEMPITA, Wahid Najmun Al-Farisi (Musafir Ilmu dan Cinta). Powered by Blogger.

Text Widget

"Jadilah sebaik-baik manusia, dengan selalu berbuat baik tanpa takut tak dihargai, tanpa takut tak mendapat balasan. Karena berbuat baikmu hanya ikhlas kepada Tuhan dan atas dasar kemanusiaan. Bukan karena satu pemikiran, satu agama, satu pandangan. Namun hanya satu tujuan untuk berbuat kebaikan kepada sesama."

Reriak Jiwa

Wikipedia

Search results

Sample Text

Jadikan setiap yang anda lihat, dengar dan rasakan menjadi pelajran berharga dalam hidup. Guru terbaik sepanjang zaman adalah Pengalaman. Tak peduli apakah itu pengalaman gagal atau kesuksesan.

"Tulisan adalah nyawa kedua setelah kematian"

Cloud Label

Video (4)

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Followers

Total Pageviews

Powered By Blogger

Label


Religion

Religion

Blog List

Translate

Labels

Blog Archive

Blogger templates