Ayah... Penuh tanggung jawab membimbingku. Walau aku lebih luluh kepada ibu daripada ayah. Namun ayah selalu mensupport ku dalam bisu, hanya renda berakit-rakit hingga ke samudera...
Keningmu yang kini terukir jelas benturan asa dan benteng peperangan. Aku harus banyak belajar darimu Ayah... Kuingat sebuah adegan abu-abu, dimana aku mengajarkanku cara berhitung. Hingga aku meneteskan airmata karena saking bodohnya aku. Saat itu aku jengkel dengan perlakuanmu. Tapi setelah itu peringkat di SD maupun MTs ku melejit tak pernah tertandingi. Aku amat bersyukur mempunyai sosok ayah sepertimu. Maaf jika selama ini aku menganggap remeh dirimu. Karena sebelumnya hanya ibu saja yang terlihat seperti kuncup bunga yang baru saja mekar mewangi. Ternyata engkau tak kalah wanginya ayah.
Ada dua hal yang membuat kita bisa mengobrol berlama-lama. Yaitu tentang sepakbola dan ilmu. Dengan aktifnya aku di media membuatku terasa gampang bercerita tentang perkembangan sepakbola manapun di dunia ini. Sedangkan bila ilmu. Engkau dan ibu mungkin hanya lulusan SD. Namun telah membawaku hingga perguruan tinggi. Kau kini sering bertanya kepadaku tentang ilmu. Mulai saat ini aku mencoba untuk mengadopsi semua perjuanganmu, pengalamanmu dan semua hal baik tentangmu. Karena dengan begitu aku mampu menghadapi tantangan baru di masa depan lebih baik. Satu hal yang membuatku salut denganmu. Ketinggian tanggung jawab dan kegigihanmu.
Mari berbakti kepada keduanya..... Mereka adalah segalanya dimulai kita dalam kandungan hingga kita telah tiada kelak.... Jangan samapi sia-siakan mereka. Mereka aset berharga dalam hidup kita....
Salam Cintaku Untuk Ayah dan Ibu
Dari anakmu
![]() |
Ayahku saat di sawah |
0 komentar:
Post a Comment