CERITA YANG TERLUPA
“Kek, karena
silaturrahmi telah erat kembali. Semoga hari raya ini barakah dan semoga kita
bisa bertemu kembali di hari raya berikutnya. Untuk itu Mansur izin melanjutkan
perjalanan lagi” ucap pemuda beralis mata tebal itu.
“Iya, Nang” kakek
yang masih ada sedikit hubungan kerabat dengan Mansur itu sering memangilnya
‘Nang’.
Mansur lalu
berjalan keluar. Ketika hendak mendekati pintu sang kakek memanggilnya kembali
“Nang?”.
“Iya, Kek?”
melongo kebingungan.
“Istrimu tidak
diajak pulang? Kok pamitan pulang sendiri?” nada suara Kakek yang sudah tua itu
sedikit terdengar memarahi Mansur.
“Istri?”
Mansur masih melongo. Hanya saja hatinya mulai gusar. Selain Mansur, tamu Kakek
yang lain ada empat pasang suami istri. “Istri siapa, Kek?” sambil garuk-garuk
kepala.
“Istrimu,
Nang”
Seseorang dari
balik pintu kamar mendekatiku. Seraya berkata “Ndak usah dibuat bingung, Mas.
Kakek memang sudah pikun” seraya cekikikan melihat wajah Mansur yang masih
datar bingung.
Beberapa menit
kemudian Mansur baru mengerti. Padahal Mansur datang paling awal dari empat
pasang tamunya. Salah satu dari ke-empatnya adalah pengantin baru. Sehingga belum
membawa anaknya, karena memang belum memiliki anak. Sedangkan Mansur tadi hanya
bercerita bahwa sekitar dua tahun lagi baru akan memikirkan pasangan hidup.
Untuk saat ini dirinya fokus pada kuliahnya dahulu. Namun karena Kakek lupa,
jadi Mansur dikira yang telah menikah. Padahal yang dipertanyakan Kakek adalah
istri orang lain. Jadi percuma saja Mansur bercerita panjang lebar. Kalau
akhirnya terlupakan. He he. . .
0 komentar:
Post a Comment