Himpitan
Asmara
Aku bertanya pada mentari
Tentang kedekatan dengan rembulan
Pun pasangan siang dan malam
Mereka menjawab
Cinta dan kepercayaan yang dahulu bicara
Malam bersama kelamnya, rembulan bersama
temaramnya
Berkata parau sebelum singsing sang surya
Mereka rela tersapu sinar
Bahkan, hilang ditelan siang
Kepercayaan malam dan bulan lah yang
menyeimbangkan dunia ini
Bersediakah kau menjadi siang bagiku?
Aku siap menjadi selimut malam mu...
Untuk seseorang yang sangat ku kagumi, Muhammad
Farhan.
Maafkan aku, jika kedatanganku tanpa membawa
wajah. Maafkan pula diriku yang tidak mempunyai rasa malu mengirim sepucuk
surat ini. Tetapi lebih malu lagi bila diriku tidak mengatakan sesuatu yang
harusnya kau tahu.
Bersama beberapa larik puisi yang ku rangkai
menjadi suatu kesatuan. Mungkin sedikit mewakili gelora jiwa hatiku. Kau tahu? Bahwa
sebenarnya aku mencintaimu. Kenapa aku lebih dahulu mengatakan ini? Siti Khadijah
pun melamar Rasulullah melalui perantara seseorang. Sedangkan aku melamarmu
melalui perantara secarik kertas ini. Semoga kau dapat memaklumi gejolak jiwa
yang membara dalam asmaraku. Dan kuharap sesegera mungkin kau datang ke rumah
orang tua ku. Untuk meminangku.
Aku tahu bahwa kau tidak mengenalku. Maka datanglah
supaya kau mengenalku. Alamat rumah orang tua ku terselip dalam surat ini. Semoga
Allah memberimu cahaya terang seperti mentari. Supaya kau mampu menerangi
malam-malam indah bersamaku.
Khansa Aqila Salsabila, “Yang Rindu Menjadi
Istrimu”.
0 komentar:
Post a Comment