Gerakan Menuju Pos Cita-cita "Cerpen, Puisi, Traveller, Motivasi dan Gaya Hidup menjadi tautan asa dalam sebuah Selasar Nektar Kata"

Semesta

Thursday, September 1, 2016

Flash Fiction: Pulang




Biarlah malam menjadi semakin kelam. Agar ia tampakkan wajah muram. Malam ini aku akan terlelap dan merajut mimpi.
“Maukah kau terbang bersamaku?,” wanita berambut panjang menepuk pundakku. Ia tersenyum padaku. Senyumannya manis. Kulihat sayapnya mengepak-ngepak beraturan. Bersamaan dengan kedip matanya yang indah.
“Mau,” jawaban itu keluar dari bibirku tanpa ragu.
Secepat kilat wanita itu membawaku terbang. Namun aku tidak merasakan terbang di atas bumi. Aku coba meyakinkan diriku. Tapi tetap saja aku terasa ada di dunia lain. Hawanya sejuk dan tiba-tiba hangat. Alam yang belum pernah kutemukan. Termasuk pada mimpi-mimpi sebelumnya. Aku seolah berada di dunia yang penuh awan saja. Tanpa kulihat planet atau benda langit lainnya. Aku masih bisa merasakan diriku bernapas. Yang menandakan seharusnya aku masih bisa melihat bumi. Namun berkali-kali kulihat ke bawah, hanya gumpalan awan. Yang terkadang tersenyum sinis kepadaku.
“Boleh kutahu namamu?,” ia hanya menyunggingkan senyum padaku. Tanpa menjawab. Nampaknya ia sedang fokus menyetir sayapnya. Lagi-lagi terihat matanya berkedip. Dan bersamaan dengan itu sayapnya mengepak. Semakin cepat sayap mengepak, semakin kencang laju terbang dan semakin sering pula mengedipkan mata.
Beberapa waktu kemudian. Aku mendengar seseorang berkali-kali memanggil namaku. Suara itu sangat tidak asing di telingaku. Seperti suara orang yang sangat kukenal. Ketika kuperiksa telingaku. Aku terperangah. Tak kutemukan daun telingaku. Atau bahkan sekedar lubang kecil di samping kanan-kiri kepalaku. Kenapa telingaku hilang? Dan kenapa aku masih bisa mendengar? Ketika kutatap mata wanita itu lekat-lekat. Yang kutemukan hanyalah senyuman manisnya. Aku kesulitan berbicara. Kuraba wajahku. Mulutku tiada. Ini seperti ilusi. Semakin aku berusaha menggunakan anggota tubuhku, maka akan hilang seketika. Aku berada di dunia apa? Pulangkan aku! Siapapun yang mendengar jeritan hatiku, tolonglah aku! Wanita bersayap ini benar-benar menculikku.
Tiba-tiba dunia awan ini berubah menjadi gumpalan mendung. Seketika hujan merinai. Wanita itu tiba-tiba sirna diterpa hujan. Sedangkan telinga dan bibirku kembali seperti semula. Hujan semakin deras. Sementara aku terpelanting dari dunia itu. Aku tidak mempunyai sayap.
Kubuka mataku. Kulihat langit-langit kamar. Aku bersyukur telah kembali ke bumi. Namun ada yang aneh di sekitar tempat tidurku. Beberapa orang mengitariku. Sepasang mata mereka mendung. Sementara pipi mereka sembab. Aku bingung. Tiba-tiba ibu membangkitkanku dari tempat tidur itu. Seraya memelukku erat-erat. Aku sadar dan berpikir bahwa aku baru saja pulang. Ya. Pulang. Dari mimpi yang kelam.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

GEMPITA, Wahid Najmun Al-Farisi (Musafir Ilmu dan Cinta). Powered by Blogger.

Text Widget

"Jadilah sebaik-baik manusia, dengan selalu berbuat baik tanpa takut tak dihargai, tanpa takut tak mendapat balasan. Karena berbuat baikmu hanya ikhlas kepada Tuhan dan atas dasar kemanusiaan. Bukan karena satu pemikiran, satu agama, satu pandangan. Namun hanya satu tujuan untuk berbuat kebaikan kepada sesama."

Reriak Jiwa

Wikipedia

Search results

Sample Text

Jadikan setiap yang anda lihat, dengar dan rasakan menjadi pelajran berharga dalam hidup. Guru terbaik sepanjang zaman adalah Pengalaman. Tak peduli apakah itu pengalaman gagal atau kesuksesan.

"Tulisan adalah nyawa kedua setelah kematian"

Cloud Label

Video (4)

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Followers

Total Pageviews

Powered By Blogger

Label


Religion

Religion

Blog List

Translate

Labels

Blog Archive

Blogger templates