Biarlah malam
menjadi semakin kelam. Agar ia tampakkan wajah muram. Malam ini aku akan
terlelap dan merajut mimpi.
“Maukah kau
terbang bersamaku?,” wanita berambut panjang menepuk pundakku. Ia tersenyum
padaku. Senyumannya manis. Kulihat sayapnya mengepak-ngepak beraturan. Bersamaan
dengan kedip matanya yang indah.
“Mau,” jawaban
itu keluar dari bibirku tanpa ragu.
Secepat kilat
wanita itu membawaku terbang. Namun aku tidak merasakan terbang di atas bumi. Aku
coba meyakinkan diriku. Tapi tetap saja aku terasa ada di dunia lain. Hawanya sejuk
dan tiba-tiba hangat. Alam yang belum pernah kutemukan. Termasuk pada
mimpi-mimpi sebelumnya. Aku seolah berada di dunia yang penuh awan saja. Tanpa kulihat
planet atau benda langit lainnya. Aku masih bisa merasakan diriku bernapas. Yang
menandakan seharusnya aku masih bisa melihat bumi. Namun berkali-kali kulihat
ke bawah, hanya gumpalan awan. Yang terkadang tersenyum sinis kepadaku.
“Boleh kutahu
namamu?,” ia hanya menyunggingkan senyum padaku. Tanpa menjawab. Nampaknya ia
sedang fokus menyetir sayapnya. Lagi-lagi terihat matanya berkedip. Dan bersamaan
dengan itu sayapnya mengepak. Semakin cepat sayap mengepak, semakin kencang
laju terbang dan semakin sering pula mengedipkan mata.
Beberapa waktu
kemudian. Aku mendengar seseorang berkali-kali memanggil namaku. Suara itu
sangat tidak asing di telingaku. Seperti suara orang yang sangat kukenal. Ketika
kuperiksa telingaku. Aku terperangah. Tak kutemukan daun telingaku. Atau bahkan
sekedar lubang kecil di samping kanan-kiri kepalaku. Kenapa telingaku hilang? Dan
kenapa aku masih bisa mendengar? Ketika kutatap mata wanita itu lekat-lekat. Yang
kutemukan hanyalah senyuman manisnya. Aku kesulitan berbicara. Kuraba wajahku. Mulutku
tiada. Ini seperti ilusi. Semakin aku berusaha menggunakan anggota tubuhku,
maka akan hilang seketika. Aku berada di dunia apa? Pulangkan aku! Siapapun yang
mendengar jeritan hatiku, tolonglah aku! Wanita bersayap ini benar-benar
menculikku.
Tiba-tiba
dunia awan ini berubah menjadi gumpalan mendung. Seketika hujan merinai. Wanita
itu tiba-tiba sirna diterpa hujan. Sedangkan telinga dan bibirku kembali
seperti semula. Hujan semakin deras. Sementara aku terpelanting dari dunia itu.
Aku tidak mempunyai sayap.
Kubuka mataku.
Kulihat langit-langit kamar. Aku bersyukur telah kembali ke bumi. Namun ada
yang aneh di sekitar tempat tidurku. Beberapa orang mengitariku. Sepasang mata
mereka mendung. Sementara pipi mereka sembab. Aku bingung. Tiba-tiba ibu
membangkitkanku dari tempat tidur itu. Seraya memelukku erat-erat. Aku sadar
dan berpikir bahwa aku baru saja pulang. Ya. Pulang. Dari mimpi yang kelam.
0 komentar:
Post a Comment