Gerakan Menuju Pos Cita-cita "Cerpen, Puisi, Traveller, Motivasi dan Gaya Hidup menjadi tautan asa dalam sebuah Selasar Nektar Kata"

Semesta

Thursday, October 13, 2016

Motivasi Buih-Buih Asa, "Rindu Ibu dan Ayah"

Walaupun telah kubuang di tengah rumpun ilalang. Senyuman masih tetap mendekam di dasar hati. Berkelindan di alam pikiran. Melupakannya seperti melempar jari jemari. Sekuat apapun kau lemparkan jari, maka ia tetap kokoh pada lenganmu. Sekali pun badan kurus kerontang.
Aku cinta kamu, Diksi.

Puisi, biarlah aku menari di atas lautan asa. Biarkan kusulam diksi pada tiap-tiap hati yang merindu dalam rapal-rapal yang terus berkomat-kamit. Jadikanlah ia laksana sinar mentari. Sesekali ia siang, tanpa menghilangkan kelamnya malam. Agar temaram rembulan tersenyum.






Buih-Buih Asa
Oleh Wahid Nur Hidayat
Aku menikam segala halang rintang menghadang
Bersama kepak sayap yang kerap menyibak sejuk embun di pagi hari
Menjuntaikan segala yang tertanam pada lubih bernama hati
Menjumput asa dalam senandung doa di gulita
Menekuri segala yang tersurat, menelusuri segala yang tersirat
Yang kutemukan hanya bayangan seorang yang cerewet
Kepada Engkau sang Maha Cinta, sampaikanlah salam doa ku padanya
Semoga beliau mendapat Jannah bersama seorang yang kusebut Ayah...
Samudera, bergelombanglah
dalam deru doa
Bibir pantai, berbuihlah mengucap dzikir yang mengelana



Siapakah dirimu?  Kenapa begitu kaku mencintai sepasang permata dalam hidupmu? Bukankah ia yang selalu merawatmu sepanjang waktu, ketika itu yang bisa kau lakukan adalah menangis. Namun, mereka anggap rengekanmu sebagai syair lagu terindah dalam hidupnya. Pernahkah kau bertanya kepada mereka, "Ibu, Ayah, apakah kau pernah menyesal merawatku?" Mereka akan menjawab, "Bahkan letih pun sirna melihat kelucuanmu di waktu kecil, Nak."

Apa yang mereka harapkan dari kita? Mereka tidak berharap balasan apa-apa. Melihat kita bisa tersenyum, mendengar suara kita yang sehat, mendengar berita baik dari kita adalah sesuatu yang cukup bagi mereka. Sudahkah kita memohon maaf atas kesalahan kita di masa kecil? Jika belum, segera mohonlah kelapangan maafnya. Walaupun bisa tebak bahwa beliau telah memaafkan anaknya bahkan sebelum permintaan maaf terlayang.

Pernahkah kita mencuci kaki ayah dan ibu kita? Lalu menciumnya pada hari dimana jutaan orang berburu maaf? Jika belum, maka lakukanlah esok ketika hari raya tiba. Untuk apa? Untuk meraih doa-doa yang selalu mereka rapalkan setiap sujud mereka. Mereka akan lebih lapang dalam doa, maaf dan rindu yang membara. Jika sekarang kau rindu dengannya, maka peluklah mereka. Jika kau sedang tidak di sampingnya, maka bukalah kontak di HaPe kita yang bernama Ayah, Babeh, Ibu, Emak dan sebagainya. Bicaralah sejujurnya bahwa kau rindu dengannya.

#Musafir
Untuk Ibuku Yang Setiap Deru Nafasku Kurindukan
Share:

0 komentar:

Post a Comment

GEMPITA, Wahid Najmun Al-Farisi (Musafir Ilmu dan Cinta). Powered by Blogger.

Text Widget

"Jadilah sebaik-baik manusia, dengan selalu berbuat baik tanpa takut tak dihargai, tanpa takut tak mendapat balasan. Karena berbuat baikmu hanya ikhlas kepada Tuhan dan atas dasar kemanusiaan. Bukan karena satu pemikiran, satu agama, satu pandangan. Namun hanya satu tujuan untuk berbuat kebaikan kepada sesama."

Reriak Jiwa

Wikipedia

Search results

Sample Text

Jadikan setiap yang anda lihat, dengar dan rasakan menjadi pelajran berharga dalam hidup. Guru terbaik sepanjang zaman adalah Pengalaman. Tak peduli apakah itu pengalaman gagal atau kesuksesan.

"Tulisan adalah nyawa kedua setelah kematian"

Cloud Label

Video (4)

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Followers

Total Pageviews

Powered By Blogger

Label


Religion

Religion

Blog List

Translate

Labels

Blog Archive

Blogger templates