Gerakan Menuju Pos Cita-cita "Cerpen, Puisi, Traveller, Motivasi dan Gaya Hidup menjadi tautan asa dalam sebuah Selasar Nektar Kata"

Semesta

Monday, April 20, 2015

CERPEN (Cerita pendek) Penuh Hikmah

Saat Sepeda Berbicara
Pagi yang cerah nan indah. Aktivitas pagiku yang begitu semringah. Ku kayuhkan sepeda dengan kecepatan melebihi biasanya. Sesekali tengok kanan kiri melihat pemandangan sekitar perjalanan. Masih alami terhampar sengkedan penuh padi yang mulai menguning. Ditambah dengan percikan lantunan ayat suci dari mp3. Merinding merasuk hati.
Perjalanan menuju kampus yang begitu melelahkan. Lorong demi lorong di kota ini telah kutelusuri. Tujuan utamanya hanya ingin hafal semua jalan lorong di kota pendidikan ini. Walaupun terkadang tidak sesuai yang diharapkan, yaitu kesasar jauh dan melelahkan. Namun dibalik itu semua pasti ada hikmah yang tiada duga. Makanya tiada pernah ada penyesalan. Semua ini telah digariskan oleh Allah 'Azza Wa Jalla. Penyematan nama yang tepat sesuai karakterku ILHAM HIKMATUL FIRDAUS.
Di depan ada dua jalan menuju kampus. Biasanya aku melalui jalan yang lumayan rusak. Kulihat jam tangan melingkar di tangan kanan menunjukkan pukul 07:05. Sedangkan jam kuliah masuk pukul 07:15. Maka dengan cepat ku kayuhkan sepedaku pada jalan yang mulus dengan kecepatan tinggi. Kudahului siswi SMA yang juga bersepeda. Di depanku masih ada kakek bersepeda dengan bawaan barang dagangan seabrek.
"Duuoorrr!!!" suara pecah ban yang menggelegar. "Innalillaahi wainna ilaihi raaji'uun". Suaranya begitu keras. Namun masih belum tahu suara ban siapa yang pecah. Kalau sampai ban sepedaku. Ya gawat kuadrat alias tidak bisa masuk kuliah pagi ini.
Kuberhentikan laju sepedaku dengan rem secara perlahan. Lalu ku periksa ban belakang tiada masalah. Namun kulihat ban depan tak seperti ban belakang yang baru aku periksa. Sedikit kecil rupanya. Langsung kuperiksa ternyata cuman kempes sedikit saja. Tiada tanda-tanda pecah ban.
Kulihat ke depan, sang kakek yang juga bersepeda terhenti dengan suara pecah ban tadi. Apakah sepeda kakek yang pecah bannya? Tapi kulihat kakek tak memeriksa ban sepedanya sedikitpun. Beliau malah duduk selonjor di atas tanah rerumputan. Apakah beliau frustasi dengan ban sepedanya atau kelelahan dengan bawaannya?
Sedangkan kutengok ke belakang, siswi yang bersepeda mini pun berhenti dengan penuh kegelisahan di balik wajahnya. Terlihat dengan beberapa kali memencet ban belakang sepedanya.
Tanpa berpikir panjang kuhampiri gadis kecil putih abu-abu itu.
"Kenapa dik dengan sepedanya? Apakah sepedamu yang pecah ban tadi?" tanyaku pelan.
"Iya kak. Tau nih malah pecah ban sepedanya? Kalau jalan pasti terlambat. Dan tidak boleh masuk juga pastinya." Raut muka sedih dengan mendung di kedua pipi dan matanya.
"Hemmm... sabar ya dik. Ini adalah ujian dari Allah. Kalau kita masih diuji berarti Allah masih sayang dengan kita. Dalam Al Qur'an surat Al Insyirah telah dijelaskan bahwa sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Jadi jangan bersedih dan putus asa dik." Mengibur kesedihannya.
"Tapi kak. Bagaimana tidak sedih kak. Hari ini kan ujian mid semester. Kalau hari ini tidak masuk pasti nanti ada pelajaran yang tidk lulus. Padahal kan udah belajar maksimal?" wajahnya mulai memerah dengan bola mata yang berkaca-kaca.
Waduh.. kalau begini terus bisa-bisa nangis nih. "Ya sudah. Pakai sepeda kakak aja ya. Tapi dimaklum lah sepeda kakak sepeda cowok. InsyaAllah bisa sampai sekolahan adik tepat waktu kok?
"Terus kakak bagaimana? Bukannya kakak juga kuliah pagi?" bernada senang tapi menyimpan kekhawatiran.
"Sebenarnya iya. Namun adik yang lebih penting kan? Kalau kakak cuman kuliah saja kok." Mencoba menghilangi kekahawatiran gadis mungil putih abu-abu itu.
"Bukankah lebih baik kita boncengan saja kak? Kita searah kak, cuman memang adik yang lebih jauh sedikit?" Gadis kecil ini memang sedang menguji keimananku rupanya. Kalau aku terima tawarannya. Berarti setan menertawakanku dan aku telah berpaling mengecewakan kekasihku Allah Rabbul 'Izzati. Aku pasti tak mau mengecewakan kekasihku. Walau ini sebatas adik gadis yang masih kecil tapi dia bukan muhrimku.
"Sudah adik saja cepat berangkat. Nanti terlambat bagaimana? Kakak juga sepertinya ada perlu dan kakak izin dengan dosen kakak kok? Tenang aja ya, tidak usah mengkhawatirkan kakak. Sepedamu kakak benahi di bengkel sekitar sini. Pokoknya fokus saja dengan mid semesternya ya." Aku tak mungkin menjelaskan panjang lebar tentang muhrim atau bukan muhrim.
"Tapi kak....?"
"Sudah... kakak tak apa-apa di sini. Kakak lebih seneng kalau adik cepat berangkat supaya tidak terlambat datang ke sekolahnya."
"Ya sudah kak... maaf dan terima kasih sudah merepotkan. Adik berangkat dulu ya kak? "Assalamualaikum" mulai mengayuh dengan sepedaku yang sudah renta. Yang menemani perjuanganku selama dua tahun ini.
Kugariskan senyum mendoakannya agar segala sesuatunya dipermudah Allah. "Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh. Keep spirit dik!"
Gadis kecil itu mulai beranjak jauh meninggalkanku. Ku tuntun sepeda mini yang terlihat sudah lumayan tua. Kulihat kanan kiri tiada bengkel sepeda. Kemana aku harus bawa sepeda ini.
Sudah tidak memikirkan kuliah jam pertama ini. Pasti sudah terlambat. Kulihat jam pukul 07:07 dan delapan menit lagi dosen yang terkenal disiplin waktu masuk kelas. Kulihat ke depan terlihat kakek yang sedari tadi duduk  selonjoran di pinggir jalan di samping sepedanya yang seabrek barang-barang bawaan.
Semakin dekat kuhampiri sang kakek. Kerutan di wajahnya sangat terliht bahwa beliau tentu tidak muda lagi. Kusapa dengan senyuman khasku.
"Assalamalaikum kek? Kakek kenapa? Kelelahan?" tanyaku sambil duduk di samping beliau dengan memijat pelan pundak beliau. Itu yang kudapat dari kuliah tentang akhlak kepada yang lebih tua. Yaitu pegang pundaknya.
"Wa'alaikumsalam le. Kakek sangat lelah. Padahal baru mengayuh sepedah belum jauh. Itu rumah kakek masih kelihatan." Suara yang begitu lembut pelan. "uhukkk hukk" sang kakek batuk-batuk.
"Apa kakek sakit? Kalau sakit istirahat saja kek"
"Kakek harus mengantarkan barang ini secepatnya le. Kakek tidak mau kalau sampai terlambat sampainya."
"Tapi kondisi kakek yang begini apakah kakek sanggup? Apa tidak sebaiknya kakek istirahat saja dulu. Atau si pembelinya saja yang suruh mengambil barang ini ke rumah kakek? Di mana alamat pelanggang kakek itu? Biar tole sampaikan kek?" berharap kakek setuju dengan ini.
"le.. yang namanya sudah janji harus ditepati. Karena orang yang ingkar janji bukannya salah satu tanda-tanda orang munafik le? Sedangkan kakek sudah berjanji le. Dan tepat waktu kakek harus tepati sekuat tenaga kakek." Sang kakek masih teguh dengan nilai-nilai keluhurannya yang dibawa sejak masa mudanya. Terbukti masih melekat erat dalam sisi hidupnya yang mulai tua renta.
"Kek? Kakek saya antarkan pulang ke rumah. Biar saya yang mengantar barang-barang kakek ya? Kakek istirahat saja di rumah."
"Ealah le le, biar kakek saja. Kamu mau kuliah toh?"
"Sudah kek... tidak apa-apa. Biar saya saja yang mengantarnya. Dimana alamatnya kek?"
"Alamatnya di belakang Kampus STAIN JURAI SIWO le? Tidak jauh dari situ. Di toko Desna milik ibu Narti".
"Alhamdulillah kalau cuman di situ deket kampus saya kek. Jadi bisa sekaligus kuliah dahulu. Ya sudah mari saya antar ke rumah kakek."
"Ayo le, matur suwun ya le."
"Ohh ya kek? Bengkel di sekitar sini di mana ya kek?"
"Di belakang rumah kakek le. Mau ganti ban sepedamu ini ya?"
"Sepeda siswi SMA yang tadi loh kek?" sampai juga di rumah kakek. "kakek istirahat yang cukup ya kek? Nanti sepulang kuliah saya mampir lagi ke rumah kakek. Assalamulaikum?" Langsung saja aku berpamitan ke bengkel dahulu. Lalu berangkat mengantar barang-barang kakek.
"Wa'alaikumsalam le," suara beliau yang menyemangati setiap kayuh dan detak jantung gencar menyebut asma Allah 'Azza Wa Jalla.
Aku bisa berangkat kuliah tepat pada waktunya. Padahal sudah aku vonis dari awal aku bakal terlambat karena mementingkan orang lain dahulu. Yang sebenarnya adalah satu kayuhan sepeda menyebut asma Allah adalah teralir keberkahan yang memancar ke seluruh penjuru dunia.
Begitulah kehidupan di dunia ini. Jika kita selalu mementingkan kepentingan orang yang lebih butuh, maka dahulukanlah mereka. Bukan berarti kita rugi atau sebagainya. Namun kekasih Allah selalu hadir dalam kehidupan kita. Tentu ketika kita menolong kekasih Allah, maka bukankah kita termasuk juga dalam daftar kekasih Allah juga? Janganlah ragu atau milah memilih dalam menolong seseorang yang butuh pertolonganmu. Di situlah ladang amal. Di situlah jalan menuju kekasih Allah 'Azza Wa Jalla.





Share:

0 komentar:

Post a Comment

GEMPITA, Wahid Najmun Al-Farisi (Musafir Ilmu dan Cinta). Powered by Blogger.

Text Widget

"Jadilah sebaik-baik manusia, dengan selalu berbuat baik tanpa takut tak dihargai, tanpa takut tak mendapat balasan. Karena berbuat baikmu hanya ikhlas kepada Tuhan dan atas dasar kemanusiaan. Bukan karena satu pemikiran, satu agama, satu pandangan. Namun hanya satu tujuan untuk berbuat kebaikan kepada sesama."

Reriak Jiwa

Wikipedia

Search results

Sample Text

Jadikan setiap yang anda lihat, dengar dan rasakan menjadi pelajran berharga dalam hidup. Guru terbaik sepanjang zaman adalah Pengalaman. Tak peduli apakah itu pengalaman gagal atau kesuksesan.

"Tulisan adalah nyawa kedua setelah kematian"

Cloud Label

Video (4)

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Followers

Total Pageviews

Powered By Blogger

Label


Religion

Religion

Blog List

Translate

Labels

Blog Archive

Blogger templates