Saat Sepeda Berbicara
Pagi yang cerah nan
indah. Aktivitas pagiku yang begitu semringah. Ku kayuhkan sepeda dengan
kecepatan melebihi biasanya. Sesekali tengok kanan kiri melihat pemandangan
sekitar perjalanan. Masih alami terhampar sengkedan penuh padi yang mulai
menguning. Ditambah dengan percikan lantunan ayat suci dari mp3. Merinding
merasuk hati.
Perjalanan menuju
kampus yang begitu melelahkan. Lorong demi lorong di kota ini telah kutelusuri.
Tujuan utamanya hanya ingin hafal semua jalan lorong di kota pendidikan ini.
Walaupun terkadang tidak sesuai yang diharapkan, yaitu kesasar jauh dan
melelahkan. Namun dibalik itu semua pasti ada hikmah yang tiada duga. Makanya
tiada pernah ada penyesalan. Semua ini telah digariskan oleh Allah 'Azza Wa
Jalla. Penyematan nama yang tepat sesuai karakterku ILHAM HIKMATUL FIRDAUS.
Di depan ada dua
jalan menuju kampus. Biasanya aku melalui jalan yang lumayan rusak. Kulihat jam
tangan melingkar di tangan kanan menunjukkan pukul 07:05. Sedangkan jam kuliah
masuk pukul 07:15. Maka dengan cepat ku kayuhkan sepedaku pada jalan yang mulus
dengan kecepatan tinggi. Kudahului siswi SMA yang juga bersepeda. Di depanku
masih ada kakek bersepeda dengan bawaan barang dagangan seabrek.
"Duuoorrr!!!"
suara pecah ban yang menggelegar. "Innalillaahi
wainna ilaihi raaji'uun". Suaranya begitu keras. Namun masih belum
tahu suara ban siapa yang pecah. Kalau sampai ban sepedaku. Ya gawat kuadrat
alias tidak bisa masuk kuliah pagi ini.
Kuberhentikan laju
sepedaku dengan rem secara perlahan. Lalu ku periksa ban belakang tiada
masalah. Namun kulihat ban depan tak seperti ban belakang yang baru aku periksa.
Sedikit kecil rupanya. Langsung kuperiksa ternyata cuman kempes sedikit saja.
Tiada tanda-tanda pecah ban.
Kulihat ke depan,
sang kakek yang juga bersepeda terhenti dengan suara pecah ban tadi. Apakah
sepeda kakek yang pecah bannya? Tapi kulihat kakek tak memeriksa ban sepedanya
sedikitpun. Beliau malah duduk selonjor di atas tanah rerumputan. Apakah beliau
frustasi dengan ban sepedanya atau kelelahan dengan bawaannya?
Sedangkan kutengok
ke belakang, siswi yang bersepeda mini pun berhenti dengan penuh kegelisahan di
balik wajahnya. Terlihat dengan beberapa kali memencet ban belakang sepedanya.
Tanpa berpikir panjang
kuhampiri gadis kecil putih abu-abu itu.
"Kenapa dik dengan
sepedanya? Apakah sepedamu yang pecah ban tadi?" tanyaku pelan.
"Iya kak. Tau nih malah
pecah ban sepedanya? Kalau jalan pasti terlambat. Dan tidak boleh masuk juga
pastinya." Raut muka sedih dengan mendung di kedua pipi dan matanya.
"Hemmm... sabar ya dik.
Ini adalah ujian dari Allah. Kalau kita masih diuji berarti Allah masih sayang
dengan kita. Dalam Al Qur'an surat Al Insyirah telah dijelaskan bahwa
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Jadi jangan bersedih dan
putus asa dik." Mengibur kesedihannya.
"Tapi kak. Bagaimana tidak
sedih kak. Hari ini kan ujian mid semester. Kalau hari ini tidak masuk pasti
nanti ada pelajaran yang tidk lulus. Padahal kan udah belajar maksimal?"
wajahnya mulai memerah dengan bola mata yang berkaca-kaca.
Waduh.. kalau begini terus
bisa-bisa nangis nih. "Ya sudah. Pakai sepeda kakak aja ya. Tapi dimaklum
lah sepeda kakak sepeda cowok. InsyaAllah bisa sampai sekolahan adik tepat
waktu kok?
"Terus kakak bagaimana?
Bukannya kakak juga kuliah pagi?" bernada senang tapi menyimpan
kekhawatiran.
"Sebenarnya iya. Namun
adik yang lebih penting kan? Kalau kakak cuman kuliah saja kok." Mencoba
menghilangi kekahawatiran gadis mungil putih abu-abu itu.
"Bukankah lebih baik kita
boncengan saja kak? Kita searah kak, cuman memang adik yang lebih jauh
sedikit?" Gadis kecil ini memang sedang menguji keimananku rupanya. Kalau
aku terima tawarannya. Berarti setan menertawakanku dan aku telah berpaling
mengecewakan kekasihku Allah Rabbul 'Izzati. Aku pasti tak mau mengecewakan
kekasihku. Walau ini sebatas adik gadis yang masih kecil tapi dia bukan
muhrimku.
"Sudah adik saja cepat
berangkat. Nanti terlambat bagaimana? Kakak juga sepertinya ada perlu dan kakak
izin dengan dosen kakak kok? Tenang aja ya, tidak usah mengkhawatirkan kakak.
Sepedamu kakak benahi di bengkel sekitar sini. Pokoknya fokus saja dengan mid
semesternya ya." Aku tak mungkin menjelaskan panjang lebar tentang muhrim
atau bukan muhrim.
"Tapi kak....?"
"Sudah... kakak tak
apa-apa di sini. Kakak lebih seneng kalau adik cepat berangkat supaya tidak
terlambat datang ke sekolahnya."
"Ya sudah kak... maaf dan
terima kasih sudah merepotkan. Adik berangkat dulu ya kak?
"Assalamualaikum" mulai mengayuh dengan sepedaku yang sudah renta.
Yang menemani perjuanganku selama dua tahun ini.
Kugariskan senyum mendoakannya
agar segala sesuatunya dipermudah Allah. "Wa'alaikumsalam warahmatullah
wabarakatuh. Keep spirit dik!"
Gadis kecil itu
mulai beranjak jauh meninggalkanku. Ku tuntun sepeda mini yang terlihat sudah
lumayan tua. Kulihat kanan kiri tiada bengkel sepeda. Kemana aku harus bawa
sepeda ini.
Sudah tidak
memikirkan kuliah jam pertama ini. Pasti sudah terlambat. Kulihat jam pukul
07:07 dan delapan menit lagi dosen yang terkenal disiplin waktu masuk kelas.
Kulihat ke depan terlihat kakek yang sedari tadi duduk selonjoran di pinggir jalan di samping
sepedanya yang seabrek barang-barang bawaan.
Semakin dekat
kuhampiri sang kakek. Kerutan di wajahnya sangat terliht bahwa beliau tentu
tidak muda lagi. Kusapa dengan senyuman khasku.
"Assalamalaikum kek? Kakek
kenapa? Kelelahan?" tanyaku sambil duduk di samping beliau dengan memijat
pelan pundak beliau. Itu yang kudapat dari kuliah tentang akhlak kepada yang
lebih tua. Yaitu pegang pundaknya.
"Wa'alaikumsalam le. Kakek
sangat lelah. Padahal baru mengayuh sepedah belum jauh. Itu rumah kakek masih
kelihatan." Suara yang begitu lembut pelan. "uhukkk hukk" sang
kakek batuk-batuk.
"Apa kakek sakit? Kalau
sakit istirahat saja kek"
"Kakek harus mengantarkan
barang ini secepatnya le. Kakek tidak mau kalau sampai terlambat
sampainya."
"Tapi kondisi kakek yang
begini apakah kakek sanggup? Apa tidak sebaiknya kakek istirahat saja dulu.
Atau si pembelinya saja yang suruh mengambil barang ini ke rumah kakek? Di mana
alamat pelanggang kakek itu? Biar tole sampaikan kek?" berharap kakek
setuju dengan ini.
"le.. yang namanya sudah
janji harus ditepati. Karena orang yang ingkar janji bukannya salah satu
tanda-tanda orang munafik le? Sedangkan kakek sudah berjanji le. Dan tepat
waktu kakek harus tepati sekuat tenaga kakek." Sang kakek masih teguh
dengan nilai-nilai keluhurannya yang dibawa sejak masa mudanya. Terbukti masih
melekat erat dalam sisi hidupnya yang mulai tua renta.
"Kek? Kakek saya antarkan
pulang ke rumah. Biar saya yang mengantar barang-barang kakek ya? Kakek
istirahat saja di rumah."
"Ealah le le, biar kakek
saja. Kamu mau kuliah toh?"
"Sudah kek... tidak
apa-apa. Biar saya saja yang mengantarnya. Dimana alamatnya kek?"
"Alamatnya di belakang
Kampus STAIN JURAI SIWO le? Tidak jauh dari situ. Di toko Desna milik ibu
Narti".
"Alhamdulillah kalau cuman
di situ deket kampus saya kek. Jadi bisa sekaligus kuliah dahulu. Ya sudah mari
saya antar ke rumah kakek."
"Ayo le, matur suwun ya
le."
"Ohh ya kek? Bengkel di
sekitar sini di mana ya kek?"
"Di belakang rumah kakek
le. Mau ganti ban sepedamu ini ya?"
"Sepeda siswi SMA yang
tadi loh kek?" sampai juga di rumah kakek. "kakek istirahat yang
cukup ya kek? Nanti sepulang kuliah saya mampir lagi ke rumah kakek.
Assalamulaikum?" Langsung saja aku berpamitan ke bengkel dahulu. Lalu
berangkat mengantar barang-barang kakek.
"Wa'alaikumsalam le,"
suara beliau yang menyemangati setiap kayuh dan detak jantung gencar menyebut
asma Allah 'Azza Wa Jalla.
Aku bisa berangkat
kuliah tepat pada waktunya. Padahal sudah aku vonis dari awal aku bakal
terlambat karena mementingkan orang lain dahulu. Yang sebenarnya adalah satu
kayuhan sepeda menyebut asma Allah adalah teralir keberkahan yang memancar ke
seluruh penjuru dunia.
Begitulah kehidupan
di dunia ini. Jika kita selalu mementingkan kepentingan orang yang lebih butuh,
maka dahulukanlah mereka. Bukan berarti kita rugi atau sebagainya. Namun
kekasih Allah selalu hadir dalam kehidupan kita. Tentu ketika kita menolong
kekasih Allah, maka bukankah kita termasuk juga dalam daftar kekasih Allah
juga? Janganlah ragu atau milah memilih dalam menolong seseorang yang butuh
pertolonganmu. Di situlah ladang amal. Di situlah jalan menuju kekasih Allah
'Azza Wa Jalla.
0 komentar:
Post a Comment