Gerakan Menuju Pos Cita-cita "Cerpen, Puisi, Traveller, Motivasi dan Gaya Hidup menjadi tautan asa dalam sebuah Selasar Nektar Kata"

Semesta

Friday, April 17, 2015

Opini tentang BBM

Gara gara BBM naik ia menjelma menjadi Lomba Panjat Pinang bagi rakyatnya

Lagi lagi pembahasan yang aktual adalah masalah BBM (Bahan Bakar Minyak). Pembicaraan dimanapun pasti pembahasannya kenaikan BBM. Dari masyarakat yang kelas bawah hingga masyarakat kelas atas dengan tanggapan yang pro dan kontra. Namun kebanyakan pembicaraan mereka sangat konta. Faktanya BBM bersubsidi memang tepat sasaran. Dari kalangan atas hingga bawah pun dapat merasakan manfaat dari subsidi tersebut. Kalau pemerintah beranggapan bahwa subsidi BBM selama ini tidak tepat sasaran, itulah anggapan yang keliru. Subsidi ini banyak digunakan rakyat. Walaupun kalangan masyarakat kelas atas pun menikmatinya atau bahkan menggunakan secara berlebihan. Namun bukan berarti rakyat kecil juga harus merasakan dampak naiknya BBM dong. Rakyat kecil sangat butuh dengan BBM itu untuk usaha kesehariannya. Lebih-lebih bagi para buruh, pedagang, pengampas, karyawan, pelajar, mahasiswa pengusaha kecil menengah, sampai para nelayan yang menggantungkan hidupnya dengan bahan bakar untuk kendaraan masing-masing
.
Segala jenis barang dagang dan jasa pun harganya semakin meningkat. Mulai dari bahan makanan pokok seperti beras atau sayuran sampai kebutuhan lainnya. Rakyat kecil mengeluh pada pedagang akibat melonjaknya harga-harga sembako dan yang lainnya. Pedagang mengeluh kepada Petani akibat mahalnya beras misalnya. Petani mengeluh segala peralatan seperti traktor pengolah lahan sawah yang sudah pasti menggunakan bahan bakar solar serta penunjang pertumbuhan padi seperti pupuk, obat gulma, hama dan sebagainya. Keluhan ini pun tiada habisnya. Terus dan terus berlanjut sampai ke pak Presiden.
Para buruh bergantung pada BBM untuk kesehariannya berangkat hingga pulang kerja. Sedangkan gaji dari sebelum BBM naik sampai saat ini pun belum juga ikut naik. Sedangkan kebutuhan primer untuk sehari-hari yang sebelumnya pas-pasan, sekarang terasa tambah kekurangan. Biaya untuk membeli papan, sandang, pangan pun bertambah. Jumlah kebutuhannya tetap namun harganya yang semakin bertambah. Belum lagi jika mempunyai anak sekolah yang kesehariannya berkendara sepeda motor. Akhirnya uang jajan pun bertambah.
Jika berbicara dampak menaikkan BBM tentu coba kita flashback lomba yang sering dilombakan pada Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI). Tentu yang kita ingat adalah lomba panjat pinang. Dimana suatu kelompok berusaha menggapai hadiah yang berada diatas pucang dengan saling menginjak-injak pundak orang yang di bawahnya. Bahkan terkadang malah saling menginjak-injak kepala demi mendapatkan hadiah. Tinggi pohon jambi yang digunakan pun kurang lebih sepuluh meter. Kalau tinggi pohonnya semakin dinaikkan lagi. Sedangkan jumlah orang yang memanjat minimal sama dengan biasanya. Bukankah semakin sulit lagi dan semakin sengsara? Belum lagi kebutuhan masa depan yang kian bertambah. Siapakah yang akan menolong nasib rakyat jika begini? Wah.. ngeri kalau dibayangin dampaknya bagi rakyat, terutama rakyat kecil.
Dari filosofi di atas tentu dapat diambil kesimpulan bahwa kenaikan BBM akan menyusahkan masyarakat. BBM untuk bensin Rp. 4.500 saja antara rakyat saling tumpang tindih dalam mencari rezeki untuk kehidupan sehari-hari. Lalu zamannya Pak SBY naik dua ribu menjadi Rp. 6.500 untuk bensin pun kian semaraknya tumpang tindih saling berebut memenuhi kebutuhannya. Saling injak-menginjak sesama rakyat yang di bawahnya. Kadang cara yang tak halal pun rela dilakukan demi tercukupinya kebutuhan sesuap nasi.
Nah, di eranya Pak Jokowi yang merakyat, dekat dengan rakyat, kebanggaan rakyat. Kok malah memberi keputusan yang menyusahkan rakyat. Bayangkan, lagi-lagi BBM dinaikkan dua ribu rupiah menjadi Rp. 8.500 untuk bensin dan Rp. 7.500 untuk solar per liternya. Bukan tumpang tindih lagi para rakyat. Melainkan saling menginjak sesama rakyat yang tak karuan.
Walaupun subsidi BBM katanya dialihkan menjadi kartu sakti Jokowi diantaranya Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Namun yang perlu dipertanyakan adalah BBM sudah naik serentak di seluruh Indonesia ini. Sedangkan pendistribusian kartu-kartu itu belum merata ke seluruh Nusantara. Padahal harga barang-barang kebutuhan sehari-hari pun kompak ikut naik loh.

Kalau istilah ketika Jepang kalah dari Sukutu “Vacuum of Power” karena kekosongan kekuasaan. Nah, sekarang cocok dengan istilah “Vacuum of  Subsidi” karena yang tadinya dapat merasakan subsidi sekarang bagi yang belum dapat kartu sakti hanya mlongo. Mlongo dalam arti segalanya naik namun yang dimiliki tetap. Semoga pemerintah lebih berpikir lebih keras dan kritis lagi masalah kesejahteraan rakyat ini.
Ditambah kemarin sempat turun, lalu naik lagi. menambah kemiripan dengan lomba tujuh belasan. Pucang atau panjat pinang yang naik turun.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

GEMPITA, Wahid Najmun Al-Farisi (Musafir Ilmu dan Cinta). Powered by Blogger.

Text Widget

"Jadilah sebaik-baik manusia, dengan selalu berbuat baik tanpa takut tak dihargai, tanpa takut tak mendapat balasan. Karena berbuat baikmu hanya ikhlas kepada Tuhan dan atas dasar kemanusiaan. Bukan karena satu pemikiran, satu agama, satu pandangan. Namun hanya satu tujuan untuk berbuat kebaikan kepada sesama."

Reriak Jiwa

Wikipedia

Search results

Sample Text

Jadikan setiap yang anda lihat, dengar dan rasakan menjadi pelajran berharga dalam hidup. Guru terbaik sepanjang zaman adalah Pengalaman. Tak peduli apakah itu pengalaman gagal atau kesuksesan.

"Tulisan adalah nyawa kedua setelah kematian"

Cloud Label

Video (4)

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Followers

Total Pageviews

Powered By Blogger

Label


Religion

Religion

Blog List

Translate

Labels

Blog Archive

Blogger templates