Di balik
persembunyiannya ia tersedu sedan dalam tangisan. Merintih dalam aliran detik
demi detik arus airmata penuh merana. Dalam pembaringan daku menantimu. Menunggu
dalam angan yang tak mungkin dalam sebuah realita. Faktanya tiada pernah dikau
pedulikanku. Daku selalu kau kesampingkan dari sekian banyak kesibukanmu. Duhai
sang kekasihku. Dahulu dikau selalu mengingatkanku dalam segala hal dalam
kehidupanku. Dan daku merasakan betapa nyaman dan asrinya kehidupanku ini
dengan hadirnya dirimu. Walaupun mungkin daku tak seperti yang dikau harapkan
kekasihku. Namun daku selalu berusaha menjadi apa yang dikau inginkan. Mencoba menikmati
setiap nasehat yang dikau ajarkan. Daku berharap bahwa dikau akan selalu setia
menasehati daku dalam setiap langkah yang kutuju.
Setelah kehidupan
kita terpisah jarak nan jauh. Serta terpisah oleh rentan waktu satu setengah
tahun. Daku merasakan serta menemukan kehidupan yang lebih bermakna. Yaitu kehidupan
ala Islami yang kudapatkan selama proses pencarian jati diri ini. Daku merasakan
jauh lebih nyaman dan asrinya kehidupanku. Dalam setiap waktu daku selalu
diingatkan oleh sekelompok dari salah satu mereka sesama teman pria. Mereka lebih
perhatian bahkan selalu istiqamah menasehatiku menjadi semakin baik hari demi
harinya. Semoga terpisahnya jarak jauh dan waktu yang lama ini kita dapat
menemukan fitrah kita kembali. Yaitu fitrah kebenaran yang dijunjung dalam
tapak jejak langkah jalan-jalan Islam. Daku selalu berdoa semoga dikau pun
menemukan fitrah dirimu dengan sempurna.
Dalam analisa
daku bergumam, bahwa kehidupan masa lalu diantara kita pasti ada hikmah yang
terkandung indah di dalamnya. Selalu ada wewangian bunga dalam setiap tumbuh
kembang apapun yang tumbuh di dalamnya. Semoga daku dan dikau selalu mendapat
kehidupan yang benar dan tepat pula tindak dan derap yang kita ayunkan.
Jangan sampai
pernah pacaran lagi walau dalam selimut-selimut ta’aruf atau pacaran ala islami
dan sebagainya. Ingatkah bahwa setan tidak akan rela bila anak cucu Adam masuk
dalam surgaNya Allah SWT. Sudah saatnya kita mengingatkan orang-orang di
sekeliling kita akan arti cinta yang sesungguhnya. Akan kebenaran ajaran Islam
mengenai martabat dan harkat oleh setiap diri insan pria dan wanita.
Pesanku Untukmu
WANDHA......* “Selalu ada manis di balik pahitnya sejarah yang kelam”
Wahid Najmun Al-Farisi
0 komentar:
Post a Comment