Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2016. Melalui perantara dirimu negeri ini terbebas dari penjajahan. Ya. Penjajahan atas diri bangsa yang ingin merdeka dan bebas. Terima kasih mungkin selalu kuucap pada setiap aku hirup napas ini. Kau tahu bahwa kami (generasi penerus perjuanganmu) akan selalu berjuang untuk Nusantara ini. Kau tahu bahwa penjajahan itu belum berakhir saat Proklamasi? Dan sampai kini penjajah itu tetap ada di Bumi Pertiwi ini. Mereka bisa menjadi siapa saja. Termasuk menjadi diri kami sendiri. Bukan fisik yang dijajah. Ya. Pemikiran adalah salah satu yang mereka jajah. Namun sekuat tenaga kami akan melawannya. Seperti saat kau Para Pahlawan melawan dengan tatap muka. Semangatmu dan Patriotisme mu menjadi acuan kami melawan penjajah tanpa muka itu. Dan kami pun akan berjuang di balik muka. Mungkin hanya bisa terdengar oleh telinga. Atau setidaknya suara terlihat oleh sepasang bola mata.
Pahlawan Tanpa Muka
Dengan bangga kusebut
engkau Pahlawan
Sepasang otak ini
membisu
Perjuanganmu seperti
berada di hadapanku
Menyeruak hatiku
Saat itu...
Nyawa ibarat sesuatu
yang murah
Laksana buih melawan
ombak
Diam saja, mati
Melawan pun pasti
mati
Darah menganak sungai
di seluruh negeri ini
Bumi pertiwi merintih
berabad-abad
Atas nama merah putih
kau berkobar
Kau lebih cinta
negeri ini dibanding dirimu sendiri
Bagimu, anak cucu
bahagia di masa depan adalah impian terbesarmu
Walau kematian tinggal
menunggu giliran
Pahlawan Nusantara
Jika dahulu
perjuanganmu demi kemerdekaan
Menghapus penjajahan
Bermuka dengan lawan
Maka, kini aku
berjuang tanpa muka
Dengan otak sebagai
senjata utama
Karena musuh ada di
mana-mana
Jauh di seberang
samudera
Atau malah di pelupuk
mata, namun buta
Mereka menjajah
segala kehidupan
Termasuk hati dan
pikiran
Penjajah itu bisa
siapa saja sadar maupun tanpa sadar
Mungkin penjajah itu
diri kita sendiri?
Mungkinkah pahlawan
dan penjajah berada pada tubuh yang sama?
Dengan menyebut nama
Tuhan Yang Maha Esa
Aku akan perangi
Sekalipun mereka
bercokol di tubuh ini
0 komentar:
Post a Comment