Gerakan Menuju Pos Cita-cita "Cerpen, Puisi, Traveller, Motivasi dan Gaya Hidup menjadi tautan asa dalam sebuah Selasar Nektar Kata"

Semesta

Friday, December 15, 2017

Keindahan Hakiki, yaitu Kebersamaan Penuh Arti



Teman-teman pernah merasakan suatu keadaan dimana dalam perkumpulan, komunitas atau teman sekelas mengalami masa acuh tak acuh? Semisal pertemuan hanya sebatas tuntutan sesuatu tugas atau keperluan saja. Dalam hal ini saya membahas pengalaman penulis dari sebuah kelas yang telah menguatkan hatinya untuk tetap bertahan meski terpaan angin cobaan yang acapkali meghadang perjalanan.
Dalam kelas yang penulis ada di situ. Mereka terkotak-kotak oleh geng atau sekelompok dalam kelompok besar (kelas). Ini memang seharusnya tidak ada. Karena satu kelas adalah satu kesamaan dan satu tujuan untuk lulus atau wisuda. Jadi jangan sampai merasa “Aku tak cocok dengan dia atau mereka,” lalu membuat geng sendiri. itu awal dari perpecahan, Kawan. Atau misal dalam sebuah grup daring WhatsApp yang hanya berisik pemberitahuan manakala terdapat pengumuman tugas, info atau candaan segelintir anggota grup itu. Terkadang yang lain merasa terganggu dengan candaan. Hanya membaca tanpa berkomentar kalau ada salah satu kawan yang bukan gengnya berbicara di grup. Cobalah menghargai, Kawan.
 Sifat penghuni kelas  pun berbeda-beda namun bukan berarti perbedaan itu dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita pandang sebelah mata. Justru dengan perbedaan itulah kita bisa saling menghargai keberagaman sifat dan sikap. Dengan demikian kita diibaratkan pelangi yang senantiasa bersatu meski berbeda warna-warni. Karena keindahan hakiki akan tampak bukan dilihat dari satu sisi. Cobalah lihat sisi lain. Pasti kita bisa temukan berbagai keindahan yang belum sempat tersentuh oleh mata hati. Apa itu? Keindahan persahabatan.
Ketika tangan-tangan senja meraih kegelapan. Seorang sesepuh kelas (telah malang-melintang menjadi ketua kelas namun telah pensiun) tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang mungkin hanya membuat sebagian anggota sadar. Ya, seperti shock theraphy bagi yang memang menanggapinya dengan hati. Setelah itu sesepuh itu keluar grup. Namun hanya segelintir pula yang menanyakan bahkan ada sebagian yang tidak tahu. Karena mungkin tak menyimak.
Singkat cerita sesepuh itu dimasukkan grup lagi. Masuk membawa segudang asa untuk membuat sebuah acara. Yaitu acara dimana kita satu kelas bisa saling berbagi rindu yang tak lama lagi akan hinggap pada panggung-panggung bernama perpisahan. Semester tujuh bukan hal mudah. Kesibukan tugas sudah pada tahap masing-masing individu. Masa presentasi atau berjubal tugas yang tiada henti dari pekan ke pekan, dari hari ke hari, dari jam ke jam. Masa belajar serba cepat ketika dalam satu hari ada ujian tengah semester atau ujian semester hingga dua tau tiga kali. Kebersamaan karena tugas akan berakhir seiring berakhirnya masa studi yang tingga menghitung jari. Mengejar tugas akhir dengan semangat bimbingan memperoleh buku skripsi. Siap-siap mengantre dalam bimbingan atau menjadi zombie yang berwajah pasi penuh menanti.
Bisa dibayangkan jika kebersamaan sebatas tuntutan. Maka setelah semuanya selesai maka hanya gelar sarjana dan ilmu saja yang mungkin didapat. Tidak merasakan manisnya persahabatan bahkan ketika kelak berjauhan dengan kesibukan masing-masing. Entah itu menikah atau sukses bekerja atau mencipta usaha mandiri.
Berangkat dari keprihatinan dan analisa jangka depan. Seorang sesepuh membentuk panitia yang beranggotakan sembilan orang. Mungkin lebih mirip panitia sembilan PPKI yang diketuai oleh Bung Karno. Membuat susuan acara, penanggung jawab, estimasi dana dsb. Setelah itu ditentukan tempat yaitu di kediaman salah satu anggota kami. Bertepatan dengan Sabtu, 9 Desember 2017. Sekitar 37 orang anggota hadir dalam acara tersebut. Dengan rangkaian acara sebagai berikut.
1. Pembukaan
2. Games/Permainan
3. Bakar Ayam dan Membuat Petisan
4. Surprise
5. Penutup

Akhirnya acara itu sukses bukan karena panitia. Namun karena semua elemen yang hadir antusias membaur menjadi satu tanpa membawa geng masing-masing. Karena kami satu. Acara dimulai sekita pukul 09:30 WIB dan berkahir menjelang ashar tiba. Waktu yang singkat dan amat membekas di hati kami. Namun ini bukan hanya sekedar waktu seharian. Melainkan perjalanan hingga semester tujuh dalam rajut kebersamaan. Semoga kelak kebersamaan ini akan menjadi tali yang paling kuat untuk menggapai masa depan.


Jika demikian maka dapat disimpulkan bahwa tujuh semseter bukan sekedar waktu yang hanya kita tapaki dalam kebahaiaan. Lebih dari itu, adalah kebersamaan yang akan terjalin hingga terpisah jarak atau waktu atau bahkan hingga ajal datang. Untuk itu penulis bangga menjadi bagian dari anggota kelas ini. Dan penulis akan selalu kenang dan simpan dalam etalase hati yang terhiasi bunga dalam ruang-ruang nurani.
Untuk sahabat-sahabatku. Tetap semangat sekalipun kita sudah pantas mendapat julukan semester tua. Jaga diri baik-baik, jaga kesehatan dan selalu jaga hati untuk calon pendamping hidupmu nanti he he..

Untuk pembaca, terimakasih dan semoga menjadi inspirasi untuk menciptakan keindahan hakiki. Yaitu keindahan kebersamaan.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

GEMPITA, Wahid Najmun Al-Farisi (Musafir Ilmu dan Cinta). Powered by Blogger.

Text Widget

"Jadilah sebaik-baik manusia, dengan selalu berbuat baik tanpa takut tak dihargai, tanpa takut tak mendapat balasan. Karena berbuat baikmu hanya ikhlas kepada Tuhan dan atas dasar kemanusiaan. Bukan karena satu pemikiran, satu agama, satu pandangan. Namun hanya satu tujuan untuk berbuat kebaikan kepada sesama."

Reriak Jiwa

Wikipedia

Search results

Sample Text

Jadikan setiap yang anda lihat, dengar dan rasakan menjadi pelajran berharga dalam hidup. Guru terbaik sepanjang zaman adalah Pengalaman. Tak peduli apakah itu pengalaman gagal atau kesuksesan.

"Tulisan adalah nyawa kedua setelah kematian"

Cloud Label

Video (4)

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Followers

Total Pageviews

Powered By Blogger

Label


Religion

Religion

Blog List

Translate

Labels

Blog Archive

Blogger templates