Airmata Rindu
Kusesap sesal
Hingga berjubal-jubal kesal menggumpal
Atas rindu acapkali gusar
Menggembungkan kelopak, memeras airmata
Kau tahu, Kasih?
Jika airmata menguap senja, lalu malam mengembun kidung
purnama
Maka, rongga dada menjadi kawat-kawat nan berbaris rapi
Meniriskan rasa hati
Dan membiarkan rindu pergi
Mengelana ke ruang-ruang mimpi
Apa yang kurasa seharusnya tersaji
Pada gelombang sujud tanpa riak ombak di malam menjelang
garis kuning melangit
Namun, siapalah dapat menguasai nurani
Sejauh apapun berlari
Sebanyak musim berganti
Sepanjang padang membentang
Sebanyak menghitung bintang-gemintang
Aku tetap saja tersungkur pada halaman fajar
Terbius sinarnya yang menguar ke sela-sela nafas, nadi,
serta kedipan mata
Kasih. . .
Aku masih meraih tangan-tangan senja untuk disirami
Tegak menjaga kaki-kaki malam melayarkan mimpi-mimpi
Membangunkan pagi untuk tetap tersenyum seri
Merengkuh terik kulminasi pada penghangatan rindu di
masa-masa penuh menanti
***
Kasih...
Biarlah airmata ini menjadi kisah
Adirejo, 29 November 2017
0 komentar:
Post a Comment